Sunday, November 25, 2012

Hal cinta

Posted by ^I r m a ^ at 1:20 AM

Ketika cinta bagai dinding berongga, mengambang bebas ditelan fiksi - fiksi tak berujung senja, tak apa jika harus larut dalam bait - bait dusta, asal bisa tanggung jawabkan atas tetes luka yang berkecamuk dalam lara, atas sayatan dalam tak bertepi, atas sesal lirih tak berarti. Cinta bukan cita mati bersama, bukan cita mendayu berdua, berbunga - bunga indah, lalu bergantung harap semu. Bak pengemis tak harap kaya, bak politikus tak harap kuasa, bak mahasiswa tak harap wisuda. Asa belum terpenuhi, pandang saja cinta seindah mentari. Sesederhana pena menari

Kalian para mahasiswa baru, atau yang pernah mencicipi manisnya menjadi mahasiswa baru. Apakabar dengan ingatan itu, masihkah ada terselip memori ingatan itu. Atau bahkan memori itu teringat setiap saat sebagai efek perubahan hidup anda.

Mentari pagi ini bersinar layak biasanya. Tidak ada yang beda dari hidupku lalu, sampai sekarang aku duduk disini, menghadap sosok pengajar yang masih menggunakan metode ceramah. Bukannya tidak suka, tapi mungkin terlalu munafik jika aku lebih meyukai metode diskusi. Entahkah sampai sekarang menjadi tanda tanya besar dikepalaku. Aku lebih suka diam, menulis, mendengarkan, jika terpaksa buka mulutpun aku lebih suka berpuisi, atau bersenandung syair cinta. Sebenarnya masa transisi ini cukup menyenangkan, mengajarkan berbagai warna hidup, sebuah kesederhanaan, keindahan, kesedihan, dan limpahan kebahagiaan.

Bermula  disinilah aku dapatkan bahwasannya kesederhanaan bukan suatu hal yang menepi . Kesederhanaan sebagai proses terindah hidup ini, dan saya akan membawa anda dalam sebuah kesederhanaan yang lebih indah, kesederhanaan yang akan membuat anda tau bahwa manisnya hidup adalah Cinta. Bukannya terlalu pandai mengartikan hidup, tapi ini hanya sebagai proses bagaimana aku mengenal hidup, hidup baruku, hidup yang entah aku mulai dari mana, dengan siapa, dan entah bagaimana.

Metode ceramah usai kulangkahkan saja kaki ini menuju ruangan sempit yang bernama perpustakaan. Bermula mengisikan daftar hadir. Dari balik ratus – ratus buku, dari wajah – wajah dibawa emosi, dari wajah riang gunakan fasilitas tak pada tempatnya. Entahlah ini yang keberapa aku duduk disini, yang jelas buku Pengantar Filsafat dengan penulis Louis O. Kattsoff dari ratusan atau bahkan ribuan buku yang terpilih. Meski dalam Universitas negeri kami belum ada mata kuliah filsafat, tapi buku – buku mengenai filsafat cukup banyak yang pernah aku temui. Mungkin karena filsafat adalah nenek moyang dari segala ilmu.

Pintu ruangan sempit ini terbuka, ya ada pengunjung baru, seperti inilah keadaaan perpustakaaan fakultas, sebagai dampak minimnya kemauan masyarakat Indonesia untuk membaca. Namun sekarang bukanlah saatnya mengulas pada problematika di negara tercinta kita, tapi seseorang yang datang membuka pintu itulah yang menjadi problematika hati saya saat ini, yang membuat saya resah tak bisa tidur, tiap kali melihat senyumannya. Ya,,, saya sedang dilanda cinta, emm istilah lain mungkin kasmaran. Sekedar suka saja tidak ada keinginan untuk memilikinya. Toh, itu suatu hal yang sangat tidak mungkin adanya. Saya sosok yang tidak terlalu dikenal, sedangkan dia ? sungguh siapa yang tidak mengenalnya. Siapa  juga wanita yang tidak terpesona dengan sosok dirinya yang begitu manis, mempesona, dan senyumnya yang membuat setiap wanita tak bisa tidur malam pada waktunya. Mungkin aku hanya salah satu wanita yang sedikit terlambat mengetahuinya.  Mengetahuinya pun aku tidak mengenali namanya hanya sedikit terpesona terhadap senyumnya yang mungkin ia berikan pada semua adik peserta ospek. 

Taukah? Sebenarnya kita sudah pernah berinteraksi, walau sekedar via sms, itu pun tak pernah terkira ataupun tergambar di benakku. Ya waktu itu aku sekedar iseng nitip salam lewat teman satu jurusan yang kebetulan Mas itu pembimbingnya. “Bilang sama Dia, kapan – kapan duel puisi sama aku” sekiranya seperti itu. Karena kebetulan dia mengikuti organisasi kesenian di kampus yang lebih fokus berpuisi.  

Suatu malam, entah kapan tepatnya tanggal itu yang jelas masih hari – hari menjelang malam inagurasi, malam penutupan ospek yang menuntut kita untuk tampil dipanggung, uumm dan tentunya saat itu para pembimbing sibuk untuk melatih adik – adiknya. Disampaikanlah salam ku pada malam itu. Entah bagaimana bisa terjadi, berbunyi hp ku, nomer asing, diawali dengan salam dan sampai saat itulah kita sering sms dan satu hal meski aku menyukainya tak pernah sekalipun aku mengawali untuk sms dia, kata Mario Teguh “ cinta itu seperti kupu – kupu, tambah dikejar, tambah lari ”. Prinsip itulah yang aku pegang sampai saat ini. Dan lucunya Mas itu pasti sms dan ada saja topik menarik. Hingga saat itu kami memutuskan untuk bertemu di ruangan sempit ini tanpa dia mengenal wajahku. Waktu dia nanya via sms aku pake baju apa? Aku jawab saja kerudung merah, baju merah dan rok hitam.

Eum setelah membuka pintu tersenyum dia kepadaku, waktu itu hatiku bergemuruh hebat entahlah, serasa ada bunga – bunga dari langit yang berjatuhan. Menujuku, dan duduk disampingku saat itu dan berkata “aku nyari buku dulu ya?” em aku sekedar mengangguk , bukan karena sok manis tapi karena gugupnya seorang  Irma Kumalasari. Kembali lagi dia duduk disampingku

“baca buku apa dek?”

“filsafat mas”

“lo kok sama”(sambil menunjukkan cover buku yang dipegangnya)

Ya ini benar – benar tidak disengaja dan tidak ada sutradara dalam kisah ini, skenario indah dari tuhan. Satu hal yang masih menggelitik hati, baju dia berwarna putih. Coba pembaca kaitkan dengan lagu Budi Doremi – Asmara Nusantara J

Waktu berjalan begitu cepat, pernah kita minum es bareng waktu hari libur, kerumah saudaranya. Setiap berada disisinya satu hal aku tak pernah menyangka untuk bisa sedekat ini.

20 Oktober 2012 ...

Tiba saat itu malam inagurasi. Sungguh berharap banyak aku pada malam itu, untuk sesering mungkin melihat wajahnya. Sungguh sesalnya dia jadi juri saat itu, menunggu smsnya itu kegelisahan tersendiri bagiku, karena itu tadi aku nda berani sms dia duluan. Emmm berberapa menit kemudian dia sms aku, masihkah sesempat itu dia mengingatku meski dia sibuk. Semakin tak menentu rasa itu.

Semakin malam semakin lapar menunggu nasi dari panitia, namun ada sms yang menawari kue, ya dia menawari kue yang seharusnya kue itu milik dia sebagai panitia. Karena kami, peserta nda dikasi kue saat itu. Kembali lagi pada nda nyangka dia mengantarkan kue itu dihadapanku, serasa nda mau memakannya, sama sekali nda tega. Iseng, saya foto aja kue itu, dan taukah kotak kue dan plastik pembungkusnya saya bawa pulang, dan sampai detik ini masih ada di meja belajar saya. Suatu hal yang konyol yang mungkin hanya dilakukan oleh cewek bodoh.

22 Oktober 2012 ...

Ada gosip tentangnya dekat dengan seorang wanita, entah siapa namanya saat itu akupun juga kurang tau. Dengan sedikit berfikir dewasa, saat itu aku putuskan untuk tidak lagi berhubungan dengannya bagiku tak ada asap kalau tak ada api, aku pun takut di cap sebagai perebut cowok orang. Tapi dia mengelaknya, aku lelah harus mempercayai siapa saat itu. Sekedar seperlunya aku bales sms dia, bahkan aku putuskan besok ganti nomer tanpa menghubunginya lagi selamanya, entah angin apa yang membawanya ... malam itu dia mengatakan tak mau kehilangan saya dan menyatakan perasaannya via sms. Dia pun meminta maaf karena mungkin tak seharusnya dia berkata melalui sms, tapi ketakutan itu membuat dia mengakui perasaannya malam itu. Emmmm bagai dijatuhi bintang – bintang dilangit. Bukan nda nyangka lagi tapi ini lebih dari hal itu. Tak pernah berani berharap aku mengisi hatinya, menatapnya pun aku tak berani terlalu lamu karena takut jatuh terlalu dalam.  Tapi malam itu semua indah adanya emm Tuhan begitu manis menuliskan cinta kita.

23 Oktober 2012 ...

Menunggu dia di depan kost, ya ini kencan pertama dengan Mas itu. Ummm ... malam itu di Alun – alun Jember, menyatakan cinta, cinta terhadap kesederhanaanku katanya. Mana mungkin aku nyangka, seperti mimpi? Dan akupun menerima cintanya secara resmi. Berulang kali aku bilang nda nyangka dihadapannya. Kata itu pun masi terucap sampai saat ini.

----

Waktu berjalan sebegitu cepat. Sungguh benar – benar indah rencana Tuhan. Tapi taukah jalan itu tak selalu baik sebegitu banyak rintangan akan kita temui. Dampak dari kita merajut cintapun sebegitu banyaknya, namun satu hal ini yang membuat kita bekerja keras. Ya teror demi teror datang kepadaku ancaman, hinaan, cacian yang intinya agar aku dan dia berpisah. Menangis, takut, bingung, merasa sendiri karena terkadang tak berani mengadu padanya. Tapi hal ini yang membuat kita bertahan sampai saat ini pernah aku membuatmu meneteskan air mata karena aku tak mau mengadukan hal itu. Entahlah sampai saat ini teror itu masih terus ada. Tak bisa aku lakukan apa – apa, mungkin karena sederhanya diriku. Aku mengetahuI peneror itu tapi tak mungkin aku marah sebegitu hebatnya, bagiku dia adalah teman,meski mungkin butuh waktu untuk menerimaku. Untuk Mas, terimakasih kau genggam erat tanganku. Untuk mereka yang tidak menyukai hubungan kita terimakasih karena membuat cinta kita semakin mengakar dalam rasa.

Untuk hidupku :)

Ku tanamakan Citaku Seperti halnya Mimpi yang Pasti Terwujud

0 comments on "Hal cinta"

Post a Comment

(´⌣`ƪ)

Free Piglet Walk ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

Sunday, November 25, 2012

Hal cinta


Ketika cinta bagai dinding berongga, mengambang bebas ditelan fiksi - fiksi tak berujung senja, tak apa jika harus larut dalam bait - bait dusta, asal bisa tanggung jawabkan atas tetes luka yang berkecamuk dalam lara, atas sayatan dalam tak bertepi, atas sesal lirih tak berarti. Cinta bukan cita mati bersama, bukan cita mendayu berdua, berbunga - bunga indah, lalu bergantung harap semu. Bak pengemis tak harap kaya, bak politikus tak harap kuasa, bak mahasiswa tak harap wisuda. Asa belum terpenuhi, pandang saja cinta seindah mentari. Sesederhana pena menari

Kalian para mahasiswa baru, atau yang pernah mencicipi manisnya menjadi mahasiswa baru. Apakabar dengan ingatan itu, masihkah ada terselip memori ingatan itu. Atau bahkan memori itu teringat setiap saat sebagai efek perubahan hidup anda.

Mentari pagi ini bersinar layak biasanya. Tidak ada yang beda dari hidupku lalu, sampai sekarang aku duduk disini, menghadap sosok pengajar yang masih menggunakan metode ceramah. Bukannya tidak suka, tapi mungkin terlalu munafik jika aku lebih meyukai metode diskusi. Entahkah sampai sekarang menjadi tanda tanya besar dikepalaku. Aku lebih suka diam, menulis, mendengarkan, jika terpaksa buka mulutpun aku lebih suka berpuisi, atau bersenandung syair cinta. Sebenarnya masa transisi ini cukup menyenangkan, mengajarkan berbagai warna hidup, sebuah kesederhanaan, keindahan, kesedihan, dan limpahan kebahagiaan.

Bermula  disinilah aku dapatkan bahwasannya kesederhanaan bukan suatu hal yang menepi . Kesederhanaan sebagai proses terindah hidup ini, dan saya akan membawa anda dalam sebuah kesederhanaan yang lebih indah, kesederhanaan yang akan membuat anda tau bahwa manisnya hidup adalah Cinta. Bukannya terlalu pandai mengartikan hidup, tapi ini hanya sebagai proses bagaimana aku mengenal hidup, hidup baruku, hidup yang entah aku mulai dari mana, dengan siapa, dan entah bagaimana.

Metode ceramah usai kulangkahkan saja kaki ini menuju ruangan sempit yang bernama perpustakaan. Bermula mengisikan daftar hadir. Dari balik ratus – ratus buku, dari wajah – wajah dibawa emosi, dari wajah riang gunakan fasilitas tak pada tempatnya. Entahlah ini yang keberapa aku duduk disini, yang jelas buku Pengantar Filsafat dengan penulis Louis O. Kattsoff dari ratusan atau bahkan ribuan buku yang terpilih. Meski dalam Universitas negeri kami belum ada mata kuliah filsafat, tapi buku – buku mengenai filsafat cukup banyak yang pernah aku temui. Mungkin karena filsafat adalah nenek moyang dari segala ilmu.

Pintu ruangan sempit ini terbuka, ya ada pengunjung baru, seperti inilah keadaaan perpustakaaan fakultas, sebagai dampak minimnya kemauan masyarakat Indonesia untuk membaca. Namun sekarang bukanlah saatnya mengulas pada problematika di negara tercinta kita, tapi seseorang yang datang membuka pintu itulah yang menjadi problematika hati saya saat ini, yang membuat saya resah tak bisa tidur, tiap kali melihat senyumannya. Ya,,, saya sedang dilanda cinta, emm istilah lain mungkin kasmaran. Sekedar suka saja tidak ada keinginan untuk memilikinya. Toh, itu suatu hal yang sangat tidak mungkin adanya. Saya sosok yang tidak terlalu dikenal, sedangkan dia ? sungguh siapa yang tidak mengenalnya. Siapa  juga wanita yang tidak terpesona dengan sosok dirinya yang begitu manis, mempesona, dan senyumnya yang membuat setiap wanita tak bisa tidur malam pada waktunya. Mungkin aku hanya salah satu wanita yang sedikit terlambat mengetahuinya.  Mengetahuinya pun aku tidak mengenali namanya hanya sedikit terpesona terhadap senyumnya yang mungkin ia berikan pada semua adik peserta ospek. 

Taukah? Sebenarnya kita sudah pernah berinteraksi, walau sekedar via sms, itu pun tak pernah terkira ataupun tergambar di benakku. Ya waktu itu aku sekedar iseng nitip salam lewat teman satu jurusan yang kebetulan Mas itu pembimbingnya. “Bilang sama Dia, kapan – kapan duel puisi sama aku” sekiranya seperti itu. Karena kebetulan dia mengikuti organisasi kesenian di kampus yang lebih fokus berpuisi.  

Suatu malam, entah kapan tepatnya tanggal itu yang jelas masih hari – hari menjelang malam inagurasi, malam penutupan ospek yang menuntut kita untuk tampil dipanggung, uumm dan tentunya saat itu para pembimbing sibuk untuk melatih adik – adiknya. Disampaikanlah salam ku pada malam itu. Entah bagaimana bisa terjadi, berbunyi hp ku, nomer asing, diawali dengan salam dan sampai saat itulah kita sering sms dan satu hal meski aku menyukainya tak pernah sekalipun aku mengawali untuk sms dia, kata Mario Teguh “ cinta itu seperti kupu – kupu, tambah dikejar, tambah lari ”. Prinsip itulah yang aku pegang sampai saat ini. Dan lucunya Mas itu pasti sms dan ada saja topik menarik. Hingga saat itu kami memutuskan untuk bertemu di ruangan sempit ini tanpa dia mengenal wajahku. Waktu dia nanya via sms aku pake baju apa? Aku jawab saja kerudung merah, baju merah dan rok hitam.

Eum setelah membuka pintu tersenyum dia kepadaku, waktu itu hatiku bergemuruh hebat entahlah, serasa ada bunga – bunga dari langit yang berjatuhan. Menujuku, dan duduk disampingku saat itu dan berkata “aku nyari buku dulu ya?” em aku sekedar mengangguk , bukan karena sok manis tapi karena gugupnya seorang  Irma Kumalasari. Kembali lagi dia duduk disampingku

“baca buku apa dek?”

“filsafat mas”

“lo kok sama”(sambil menunjukkan cover buku yang dipegangnya)

Ya ini benar – benar tidak disengaja dan tidak ada sutradara dalam kisah ini, skenario indah dari tuhan. Satu hal yang masih menggelitik hati, baju dia berwarna putih. Coba pembaca kaitkan dengan lagu Budi Doremi – Asmara Nusantara J

Waktu berjalan begitu cepat, pernah kita minum es bareng waktu hari libur, kerumah saudaranya. Setiap berada disisinya satu hal aku tak pernah menyangka untuk bisa sedekat ini.

20 Oktober 2012 ...

Tiba saat itu malam inagurasi. Sungguh berharap banyak aku pada malam itu, untuk sesering mungkin melihat wajahnya. Sungguh sesalnya dia jadi juri saat itu, menunggu smsnya itu kegelisahan tersendiri bagiku, karena itu tadi aku nda berani sms dia duluan. Emmm berberapa menit kemudian dia sms aku, masihkah sesempat itu dia mengingatku meski dia sibuk. Semakin tak menentu rasa itu.

Semakin malam semakin lapar menunggu nasi dari panitia, namun ada sms yang menawari kue, ya dia menawari kue yang seharusnya kue itu milik dia sebagai panitia. Karena kami, peserta nda dikasi kue saat itu. Kembali lagi pada nda nyangka dia mengantarkan kue itu dihadapanku, serasa nda mau memakannya, sama sekali nda tega. Iseng, saya foto aja kue itu, dan taukah kotak kue dan plastik pembungkusnya saya bawa pulang, dan sampai detik ini masih ada di meja belajar saya. Suatu hal yang konyol yang mungkin hanya dilakukan oleh cewek bodoh.

22 Oktober 2012 ...

Ada gosip tentangnya dekat dengan seorang wanita, entah siapa namanya saat itu akupun juga kurang tau. Dengan sedikit berfikir dewasa, saat itu aku putuskan untuk tidak lagi berhubungan dengannya bagiku tak ada asap kalau tak ada api, aku pun takut di cap sebagai perebut cowok orang. Tapi dia mengelaknya, aku lelah harus mempercayai siapa saat itu. Sekedar seperlunya aku bales sms dia, bahkan aku putuskan besok ganti nomer tanpa menghubunginya lagi selamanya, entah angin apa yang membawanya ... malam itu dia mengatakan tak mau kehilangan saya dan menyatakan perasaannya via sms. Dia pun meminta maaf karena mungkin tak seharusnya dia berkata melalui sms, tapi ketakutan itu membuat dia mengakui perasaannya malam itu. Emmmm bagai dijatuhi bintang – bintang dilangit. Bukan nda nyangka lagi tapi ini lebih dari hal itu. Tak pernah berani berharap aku mengisi hatinya, menatapnya pun aku tak berani terlalu lamu karena takut jatuh terlalu dalam.  Tapi malam itu semua indah adanya emm Tuhan begitu manis menuliskan cinta kita.

23 Oktober 2012 ...

Menunggu dia di depan kost, ya ini kencan pertama dengan Mas itu. Ummm ... malam itu di Alun – alun Jember, menyatakan cinta, cinta terhadap kesederhanaanku katanya. Mana mungkin aku nyangka, seperti mimpi? Dan akupun menerima cintanya secara resmi. Berulang kali aku bilang nda nyangka dihadapannya. Kata itu pun masi terucap sampai saat ini.

----

Waktu berjalan sebegitu cepat. Sungguh benar – benar indah rencana Tuhan. Tapi taukah jalan itu tak selalu baik sebegitu banyak rintangan akan kita temui. Dampak dari kita merajut cintapun sebegitu banyaknya, namun satu hal ini yang membuat kita bekerja keras. Ya teror demi teror datang kepadaku ancaman, hinaan, cacian yang intinya agar aku dan dia berpisah. Menangis, takut, bingung, merasa sendiri karena terkadang tak berani mengadu padanya. Tapi hal ini yang membuat kita bertahan sampai saat ini pernah aku membuatmu meneteskan air mata karena aku tak mau mengadukan hal itu. Entahlah sampai saat ini teror itu masih terus ada. Tak bisa aku lakukan apa – apa, mungkin karena sederhanya diriku. Aku mengetahuI peneror itu tapi tak mungkin aku marah sebegitu hebatnya, bagiku dia adalah teman,meski mungkin butuh waktu untuk menerimaku. Untuk Mas, terimakasih kau genggam erat tanganku. Untuk mereka yang tidak menyukai hubungan kita terimakasih karena membuat cinta kita semakin mengakar dalam rasa.

Untuk hidupku :)

Ku tanamakan Citaku Seperti halnya Mimpi yang Pasti Terwujud

No comments:

Post a Comment

 

Celotehku \(•˙⌣˙•)/ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting